Setiap
pria pasti punya kritera tersendiri didalm memilih pasangan atau calon istri
yang bisa menjadi teman hidupnya. Tapi
apakah kriteria tersebut telah sesuai dengan yang ada di dalam Al qu’an dan hadist? Atau bagi
pria yang sedang ta’aruf atau sedang memiliki sesorang didekatnya telah
memiliki kriteria pasangannya yang
terdapat dalam Kitab Suci Al Qur’an dan hadist.
Karena kita tidak dapat memungkiri bahwa Al Qur’an dan hadist terdapat
banyak jawaban dari segala permasalahan hidup kita dan merupakan tuntunan bagi
hidup kita untuk mencapai keridhaan Illahi. Jadi tidak salah bukan jika kita
merujuk ke kitab Suci Al Quran dan hadist mencari kriteria wanita idaman yang
terdapat didalam Al Qur’an dan hadist. Dan para wanita muslimah tidak salah
menyimak kriteria wanita idaman yang telah di ungkapkan dalam Al Qur’an dan
hadist sebagai tuntunan hidup yang
bahagia dunia dan akhirat. Dan inilah beberepa kritera wanita idaman didalam Al
Qur’an dan hadist:
1.
Mudah
di khitbah, mahar, dan keturunannya.
Kriteria
wanita yang diidamkan adalah yang memudahkan pinangannya, tidak memberatkan
maharnya dan sehat jasmani dan rohani terutama subur atau dapat memiliki
keturunan. Ini telah diterang ke dalam hadist seperti berikut:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : أَعْظَمُ النِّسَاءِ
بَرَكَةً أَيْسَرُهُنَّ مَئُونَةً
Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Wanita yang paling besar berkahnya
adalah yang paling mudah mahar dan biaya hidupnya”.
عَنْ عاَئشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مِنْ يُمْنِ الْمَرْأةِ أنْ تَتَيَسَّرَ
خِطْبَتُهَا وَأنْ يَتَيَسَّرَ خِطْبَتُهَا وَأنْ يَتَيَسَّرَ رَحِمُهَا
Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Diantara tanda keberkahan seorang
wanita adalah jika mudah pinangannya, mudah mudah maharnya dan mudah rahimnya
(subur rahimnya)
.
2. Rajin beribadah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga memerintahkan seorang pria untuk memilih perempuan yang baik
agamanya karne jika baik agamanya maka ibadahnya juga baik dengan kata lain
rajin beribadah. Beliau bersabda:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا
وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Perempuan
itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan
kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya
engkau akan menjadi orang yang merugi”.
Perhatikanlah kisah berikut yang menunjukkan
keberuntungan seseorang yang memilih wanita karena agamanya.Yahya bin Yahya an Naisaburi mengatakan bahwa beliau
berada di dekat Sufyan bin Uyainah ketika ada seorang yang menemui Ibnu Uyainah
lantas berkata, “Wahai Abu Muhammad, aku datang ke sini dengan tujuan
mengadukan fulanah -yaitu istrinya sendiri-. Aku adalah orang yang hina di
hadapannya”. Beberapa saat lamanya, Ibnu Uyainah menundukkan kepalanya.
Ketika beliau telah menegakkan kepalanya, beliau berkata, “Mungkin, dulu
engkau menikahinya karena ingin meningkatkan martabat dan kehormatan?”. “Benar,
wahai Abu Muhammad”, tegas orang tersebut. Ibnu Uyainah berkata;
مَنْ ذَهَبَ إِلىَ العِزِّ اُبْتُلِيَ بِالذَّلِّ وَمَنْ
ذَهَبَ إِلَى الماَلِ اُبْتُلِيَ بِالفَقْرِ وَمَنْ ذَهَبَ إِلىَ الدِّيْنِ
يَجْمَعُ اللهُ لَهُ العِزَّ وَالماَلَ مَعَ الدِّيْنِ
“Siapa yang menikah karena menginginkan kehormatan
maka dia akan hina. Siapa yang menikah karena cari harta maka dia akan menjadi
miskin. Namun siapa yang menikah karena agamanya maka akan Allah kumpulkan
untuknya harta dan kehormatan di samping agama”.
3. Wanita yang betah tinggal dirumah
Di antara yang diteladankan oleh
para wanita salaf yang shalihah adalah betah berada di rumah dan menjaga dan menididk
anaknya dengan baik maupun bersungguh-sungguh menghindari laki-laki serta tidak
keluar rumah kecuali ada kebutuhan yang mendesak. Hal ini dengan tujuan untuk
menyelamatkan masyarakat dari godaan wanita yang merupakan godaan terbesar bagi
laki-laki.
Allah Ta’ala berfirman:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ
الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
“Dan
tinggallah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian
berdandan sebagaimana dandan ala jahiliah terdahulu” (QS Al Ahzab: 33).
Ibnu Katsir ketika menjelaskan ayat
di atas mengatakan, “Hendaklah kalian tinggal di dalam rumah-rumah kalian dan
janganlah kalian keluar rumah kecuali karena ada kebutuhan”.Disebutkan bahwa ada orang yang
bertanya kepada Saudah -istri Rasulullah-, “Mengapa engkau tidak berhaji dan
berumrah sebagaimana yang dilakukan oleh saudari-saudarimu (yaitu para istri
Nabi yang lain, pent)?” Jawaban beliau, “Aku sudah pernah berhaji dan berumrah,
sedangkan Allah memerintahkan aku untuk tinggal di dalam rumah”. Perawi
mengatakan, “Demi Allah, beliau tidak pernah keluar dari pintu rumahnya kecuali
ketika jenazahnya dikeluarkan untuk dimakamkan”. Sungguh moga Allah ridha
kepadanya. Ibnul ‘Arabi bercerita, “Aku sudah
pernah memasuki lebih dari seribu perkampungan namun aku tidak menjumpai
perempuan yang lebih terhormat dan terjaga melebihi perempuan di daerah
Napolis, Palestina, tempat Nabi Ibrahim dilempar ke dalam api. Selama aku tinggal
di sana aku tidak pernah melihat perempuan di jalan saat siang hari kecuali
pada hari Jumat. Pada hari itu para perempuan pergi ke masjid untuk ikut shalat
Jumat sampai masjid penuh dengan para perempuan. Begitu shalat Jumat berakhir
mereka segera pulang ke rumah mereka masing-masing dan aku tidak melihat
satupun perempuan hingga hari Jumat berikutnya”.
Dari Abdullah, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْمَرْأَةَ عَوْرَةٌ، وَإِنَّهَا إِذَا خَرَجَتْ
مِنْ بَيْتِهَا اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ فَتَقُولُ: مَا رَآنِي أَحَدٌ إِلا
أَعْجَبْتُهُ، وَأَقْرَبُ مَا تَكُونُ إِلَى اللَّهِ إِذَا كَانَتْ فِي قَعْرِ
بَيْتِهَا”
“Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar
rumah maka setan menyambutnya. Keadaan perempuan yang paling dekat dengan wajah
Allah adalah ketika dia berada di dalam rumahnya”.
4. Mempercatik diri untuk suami
Jika seorang
wanita berpikir bahwa ia hanya perlu bersolek atau mempercantik diri dihadapan
orang lain, sementara dihadapan suami hanya berpenampilan seadanya; bahkan ada yang
berpikir tidak perlu dan malas merias diri jika dihadapan suami sendiri.
Padahal, justru dihadapan suamilah seharusnya seorang istri membaguskan
penampilannya karena memang suami adalah mahramnya dan halal untuk
melihat dirinya.
“Maukah
aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu
istri shalehah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan
mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu
Dawud).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar